Langsung ke konten utama

Sedikit himbauan kepada orangtua di era digital


Jika anda membaca tulisan ini dan kebetulan anda merupakan orangtua dari anak anda yang berusia 18 tahun kebawah, atau anda memiliki adik atau saudara atau sepupu yang berusia 18 tahun kebawah, maka anda wajib share berita ini.

Saya menemukan sebuah teori menarik tentang generasi yang terbagi menjadi 6 kelas seperti gambar dibawah ini. Detailnya anda bisa cari di google, anda akan menemukan artikel yang panjang dan lebar kali tinggi terkait informasi yang dijabarkan pada gambar. 

Orangtua saya berada di level Baby Boomers. Saya pun teringat ketika mereka meminta saya mengajarkan cara menggunakan Google Earth dan Facebook. Mereka mengatakan ingin reconnect dengan teman sebayanya ketika muda dulu. Saat ini, Baby Boomers merupakan usia yang hidup di 2 jaman (sebelum digital dan saat digital), namun hanya mampu memandangi dan mencoba beradaptasi dengan era digital. 

Saya sendiri berasal dari generasi Millenial. Sejak SMA, sudah mulai belajar terkait teknologi. Saya ingat ketika saya membuat email alay menggunakan Yahoo, kemudian mempunyai akun friendster dengan variasi CSS di dalamnya, dan MySpace. Buat yang hobi musik dan ngeband, pasti tahu yang namanya aplikasi Reverbnation. Menurut saya, millenial merupakan generasi tengah, penghubung antara generasi X dengan generasi Z. 



Ketika saya mulai menggunakan Handphone berwarna dengan OS Symbian (tahun 2006), saya mulai mengeksplorasi aplikasi chat seperti Nimbuzz, Mig33, MXIT, dan lain sebagainya yang bisa didownload secara gratis dari wap.getjar.com. Tidak lupa pula dengan Ownskin yang mengijinkan penggunanya membuat tema secara custom untuk handphone.

Memulai kehidupan kampus, mulai trending yang disebut social network dengan icon huruf F kapital berwarna putih dan warna ungu sebagai latar belakangnya. Orang - orang menyebutnya Facebook. Kemudian disusul dengan Instagram, Twitter, Linkedin, Path, dan banyak lagi aplikasi jejaring sosial lainnya.

Dari sisi chat atau messenger, kala itu dimulai dari MIRC dan Yahoo Messenger (hiks) yang mengijinkan penggunanya berkomunikasi secara realtime. Hingga RIM merilis produk Blackberry kebanggaan mereka dengan aplikasi Blackberry Messenger (BBM) yang hingga saat ini masih ramai digunakan. 

Aplikasi chat sejenis pun bermunculan, seperti Whatsapp, LINE, K-Talk, WeChat, dan banyak lagi aplikasi chat menjamur memenuhi smartphone anda. Jangan lupa bahwa aplikasi tersebut membantu pengguna dalam mengirim dan menerima file. 

Semua ini seingat saya hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat. 1 dekade saja telah berhasil membuat segala sesuatunya berubah. 

Apa hubungannya dengan orangtua jaman sekarang ?


Sudah pasti ada hubungannya. Kami jaman millenials masih ngerasain lari lari gemesh di tanah lapang, bermain sepakbola di sore hari, mengejar layangan, dan kegiatan motorik lainnya. Sementara generasi Z saat ini yang saya perhatikan cenderung pada aktifitas pasif bermain Smartphone. Maka saya dan angkatan terdahulu tidak perlu kaget jika melihat balita atau remaja tengah asik bermain dan memainkan Smartphone atau Tablet dimanapun mereka berada.

Jika anda ingin mengontrol aktifitas sang anak, tentu anda akan dipaksa untuk melek teknologi. Jika anda nggak melek juga, maka siapakah yang akan mengontrol aktifitas anak anda ? Para penjahat dunia maya itu ? 

Apakah para orangtua mengetahui ada sebuah aplikasi yang disebut Grindr ? 

Saya nggak akan menjelaskan panjang lebar tentang aplikasi tersebut, karena saya sendiri belum install dan belum pernah menggunakannya. Untuk lebih jelasnya, silahkan pandangi gambar dibawah ini sampai anda mengerti. 

Bagaimana jika anak anda penasaran terhadap suatu aplikasi atau istilah, kemudian mereka mempelajarinya sendiri di Google, dan bertemu dengan aplikasi ini. Dan . . . anda sebagai orangtua yang gagal melek teknologi, pun gagal mengontrol aktifitas anak anda.

Kemudian, apakah para orangtua mengetahui ada sebuah aplikasi yang disebut BIGO ? BIGO merupakan sebuah aplikasi smartphone yang membantu penggunanya untuk merekam sebuah video dan dapat ditonton secara realtime oleh seluruh penggunanya. 

Saya pernah menemukan beberapa video dengan konten dewasa pada aplikasi ini. Bagaimana jika anak anda mengunduh dan menggunakan aplikasi ini, serta menonton konten yang tak layak pada seusianya. Tanpa sepengetahuan orangtua dengan alasan Orangtua gagal melek teknologi.

Aye ! Welcome to the digital world, mate. sebuah dunia dimana tak seorangpun tahu apakah akun facebook anda dikendalikan oleh seekor anjing atau tidak.

Jadi, dampingi anak anda dalam bereksplorasi menggunakan Smartphone atau Tablet mereka. Pelajari teknologi dan trend, agar anda tetap bisa "sejalan" dengan anak anda untuk beberapa tahun ke depan yang mungkin akan terjadi perubahan teknologi yang lebih dashyat dan cepat lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cari tahu siapa yang menyimpan nomormu dengan trik cerdas ini

Setelah riset sekian lama dan berkepanjangan, akhirnya saya menemukan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencari tahu siapa saja yang menyimpan nomor saya. Dengan cara ini pula, kita dapat mengetahui apakah seseorang tersebut menyimpan nomor saya tidak. 1. Menggunakan aplikasi Line messenger Jika anda menggunakan Line chat pada smartphone, anda dapat mencari tahu siapa saja yang menyimpan nomor anda dengan cara membuka menu yang ditunjuk pada gambar dibawah Kemudian akan tampil siapa saja yang menyimpan nomor saya. Dengan cara ini, kita hanya bisa melihat siapa saja yang menyimpan nomor kita dengan syarat kedua smartphone telah terinstall Line messenger. 2. Menggunakan aplikasi Whatsapp messenger Dengan menggunakan aplikasi Whatsapp messenger, kita dapat memeriksa apakah seseorang menyimpan nomor kita dengan mengirim Broadcast message. Pertama, kita harus membuat Broadcast grup terlebih dahulu. Sebagai contoh, saya telah membuat broadcast grup seperti

Otomatisasi twitter anda dengan menggunakan Roundteam

Social Media Automation (SMA) selalu menjadi hal yang menarik buat saya. Membuat dan merancang bagaimana sebuah artikel / foto menyebar viral (secara otomatis) merupakan impian saya. Itu sebabnya, saya senantiasa mencari tahu bagaimana mengotomatisasi media sosial. Salah satu layanan SMA yang sering saya gunakan ialah Roundteam . Roundteam mempunyai layanan untuk melakukan retweet  secara otomatis pada setiap tweet yang mengandung keyword yang ditentukan. Roundteam memiliki kemampuan untuk melakukan retweet  secara otomatis untuk setiap tweet yang diposting oleh seluruh akun, maupun following atau follower anda. Yang perlu anda lakukan hanyalah : Login twitter kedalam Roundteam dengan melakukan Sign in with Twitter Tentukan keyword dan query pada twitter Konfigurasi beberapa validasi dan kriteria yang diinginkan. Namun, 1 hal yang membuat mengapa saya merekomendasikan Roundteam, karena saya masih menggunakan layanan ini secara gratis hingga sekarang. Meskipun deng

Alasan kuat mengapa HRD harus bekerjasama dengan dunia digital

Dunia konvensional sudah bertransformasi menjadi dunia digital. Ketika beberapa tahun silam, saya masih ingat membuat email pertama saya menggunakan Yahoo, dan dengan sombong mengajari teman - teman lainnya untuk menggunakan friendster, bermain dengan HTML dan CSS serta MySpace dan Reverbnation. Kini semuanya berubah. Kehadiran Smartphone dengan sistem operasi Android yang didukung oleh raksasa Google, membuat semuanya berubah. Saya ingat pertama kali ayah saya menggunakan fasilitas 3G untuk melakukan Video Call secara realtime, ia pun dadah-dadah di  hadapan kamera depan Nokia 6680. Kemudian ia pun berceloteh Ini aneh, kita bakal nemuin banyak orang ngomong sendiri di depan handphone. Di dunia digital seperti sekarang, Video Call bisa dilakukan dengan mudah. Melakukan transmisi data berupa teks, audio ( voice message ), dan video ( video call, conference call ) serta berkirim-menerima file bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan di era digital seperti sekarang. Baik t